Rabu, 30 Januari 2013

Survival


Survival
Hari Budiman

Tanpa makanan, berburu, memancing, tunas tumbuhan, air sungai, kedinginan, kepanasan, kelaparan dan kehausan. Itulah yang pertamakali muncul diatas kepalaku, berputar-putar hingga pecah satu persatu bagaikan gelembung sabun. Sepertinya luar biasa jika dapat bertahan dan lolos dari kematian dalam keadaan seperti ini, tapi perasaan itu tiba-tiba berhenti begitu saja.Karena untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan lumayan banyak barang dengan harga yang lumayan pula, satu bulan untuk persiapan,  dan apa yang telah aku siapkan?

Inilah masalah pertamaku, aku tidak punya barang-barang untuk kegiatan ini,tapi tenang ini bukan masalah besar. Akhirnya hari yang ditunggupun tiba, selasa sore sesuai dengan instruksi panitia survival bapak Asmuni Marzuki yang juga sekaligus kepala Sekolahalam Bintaro aku dan teman-teman guru SaBin berkumpul diSaBin untuk menginap dan mendengarkan taujih sekaligus untuk persiapan berangkat ke Cidahu. Dalam rencana  sebelumnya keberangkatan akan dibagi menjadi dua tim dengan mengendarai dua unit mobil tronton milik pasukan kopasus, namun hal ini tidak menjadi kenyataan, karena dengan sepihak pihak kopasus memutuskan untuk membatalkan peminjaman mobil. Pukul 03.00 pagi setiap peserta yang terdiri dari guru sekolah alam telah bangun dan kebali mengecek barang-barang yang akan dibawa, hanya aku dan beberapa teman yang mengetahui bahwa keberangkatan pagi ini tidak jadi dengan mengendari teronton milik kopasus.

Mobil jemputan akhirnya datang juga, 4 unit angkot telah disiapkan di area parkir SaBin, dengan ekspresi khas yang muncul dari raut muka guru-guru yang masih diselimuti rasa kantuk yang berat terlihat rasa terkejut ”looohhhh… angkooot?” serentak guru-guru berkata. Tapi Show must go on, tidak ada pilihan lain kecuali naik dan duduk yang manis. 

Ternyata perjalanan tidak semulus body mobil angkot baru jurusan ciputat-kebayoran ini. Ketika jalanan hotmix khas jalur pegunung disusuri mobil mengeram keras dan mengeluarkan bau gosong dari mesin. Akhirnya diputuskan pendakian menggunakan kaki masing-masing, rasa lelah masih menggelayuti sekujur badan dan kantuk menggelayut diatas kelopak mata, sambil berjalan menyusur jalur hutan dipimpin oleh Pak Hafid. Cukup lama berjalan kaki ditengah rerimbunnya pepohonan gunung sayup-sayup terdengar suara teriakan ramai orang, akhirnya….
Tiba juga di camp pendakian SURVIVAL  SaDe, SaBin, SaSi dan Sekolah Alam Karawang. Akhirnya makan juga walau dengan hanya nasi uduk yang mendingin akibat udara khas gunung. Belum selesai makan dan tidak sempat menikmati  sarapan perjalanan segera dimulai, rasanya ingin teriak sekerasnya “aaarrrrrrrgggggggghhhhhhhhhh……” . Perjalananpun dimulai dengan pembagian kelompok menjadi 10 kelompok, dan aku termasuk dalam kelompo ke-8 dengan beranggotakan SaBin: Hari, Arif, Irwan Sade: 3 orang,  SaSi: 1 orang dan Sekolah Alam Karawang 3 orang. Dan tim kami adaalh tim serba “TER” yaitu pertama TER-kuat dan TER-cepat karena dapat melewati beberapa kelompok, kedua TER-heboh karena dalam kelompok ini ada orang-orang “lebay” jangan sebutkan merk, katakan saja mereka daari SaDe, ups..keceplosan, ketiga TER-cecer Karena datang paling terakhir dicamp survival, kenapa??? alasan pertama penunjuk jalan yang sesat, kedua karena rasa solidaritas yang  tinggi dari setiap anggota, kita rela menunggu kelompok ibu-ibu yang salah satu anggotanya terserang kram dikaki.
Langitpun semakin gelap diselimuti awan mendung, tapi perjalanan tidak boleh berhenti, langkah terus terayun walau dengan tenaga sisa, tapi rasa lelah dapat kami atasi dengan mudah, karena perjalan diisi dengan hal-hal yang menyenangkan yang mengundang tawa. Akhirnya tiba juga dicamp survival di tengah hari yang gelap,  namun tugas belum selesai masih ada tugas yang harus dikerjakan membangun bivak dan melewati malam yang panjang. Hanya berbekal beberapa singkong untuk makan malam, paravin dinyalakan sambil menunggu singkong matang kami beristirahat sambil bercengkrama.
Dinginnya pagi memaksa kami untuk bangkit dari tidur yang kurang nikmat dimalam yang panjang ini. Sesosok gelap datang dari balik pepohonan, ternyata hanya tim panitia dari survival, seorang photographer sesa’at mengabadikan bebera momen dan pergi, sesaat kemudian datang lagi seorang panitia dan dengan dingin berkata “Bivaknya pindah  keatas ya, dalam 5 menit” dialah pak Gigih kepala sekolah SD SaBin, rasanya ingin menjerit lagi “Apa lagi siiiiiihhhhh”.

Perjalanan menuruni gunungpun dimulai tepat pukul 09.00 Kamis 27 Desember pagi, perjalan terasa lebih ringan karena jalur yang dilewati lebih mudah. Tanpa terasa akhirnya perjalananpun berakhir dengan sambutan ibu-ibu yang menenteng sebuah nampat dari anyaman bambu sambil berkata “nasi uduknya dek 3x, murah, cuma 5000 aja”. Setelah semua kelompok tiba dicamp terakhir upacara penutupan segera dimulai dengan membariskan peserta sesuai dengan kelompok awal, upacara bejalan dengan khidmat walaupun sempat terjadi hal yang mengejutkan, yakni jatuhnya seorang ibu dari SaBin.
Ini dia acara yang ditunggu-tunggu! Akhirnya datang juga….! It’s time to lunch, horeeee sate dan sopkambing plus nasi putih mengakhiri petualangan SURVIVAL gabungan Sade, Sasi, SaBin dan Sekolah Alam Karawang deengan presikat “KHUSNUL KHOTIMAH” Alhamdulillaaaah.
Sekian ceritaku, semoga dapat menghibur dan berbagi pandangan pengalaman survival ini, terimakasih
Wassalam…..

Sekolah Alam Bintaro, 10 Junuari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar