Rabu, 06 Februari 2013

Survival - Eka


Narasi Survival…

Sudah jauh – jauh hari informasi tentang survival disampaikan baik di forum rapat maupun antar guru. Maka tak kalah sibuk dengan menggali data kayak apa sich survival? Yang di hutan, makan cacing, tidur tanpa atap.. hoho.. ini namanya sudah dig anti Tracking survival.
Berdasarkan informasi mensugesti peserta supaya tidak down semangatnya. Memang rata – rata yang ikut adalah perdana naik gunung. Kondisi seperti ini mendorong persiapan fisik dan perlengkapan. Mental otomatis harus disiapkan.
Dua bulan menyiapkan untuk beli ini dan itu. Perlengkapan yang safety berbanding lurus dengan harga. Solusi satu satunya hanya dengan menyicil beberapa perlengkapan. Sehari sebelum berangkat saya masih belum ada sepatu. Entahlah, waktu itu saya merasa yakin dengan “Nggak papa pake sandal”.
Saya siapakan perlengkapan yang saya bawa. Sebelum packing saya koordinasi dengan sekolahalam Bintaro, SA Bekasi, dan SA Depok untuk fiksasi perlengkapan kelompok. Barang yang kami bawa cukup berat, meski pada sesi pelatihan terdahulu memang sudah disampaikan bahwa beban maksimal duapuluh persen dari berat badan.
Saya keluar dari rumah berjalan menuju sekolah sudah ngos ngosan. Tas tidak terlalu besar, packing sudah nyaman, bantalan tali tas yang empuk membuat nyaman di pundak. Semua berdasarkan petunjuk barang yang tidak dipakai dengan segera di letakkan di bawah,  meletakkan barang – barang yang ringan terlebih dahulu baru barang yang lebih berat.
Kondisi hujan ketika saya berangkat. Saya bersama kawan saya sempat berbincang dan berharap tidak hujan. Kenapa? Tidak hujan saja sudah berat apalagi hujan? ini melanggar aturan berdoa hehe seperti tidak bersyukur dengan ketentuan Alla dan mulut kami mengalir berucap “ Ya Allah jangan hujan”.
Taujih ruhani sebelum berangkat survival membantu memotivasi. Pada intinya jika dilakukan hanya karena mengguggurkan kewajiban pasti terasa sangat berat, namun jika dilakukan karena Allah maka akan menjadi mudah.
Sesi berikutnya saya menimbang barang bawaan saya, sesuai dengan ketentuan barang yang dibawa tidak boleh lebih dari 20 persen berat badan. Tas saya naik ke timbangan dengan berat 10 kg. buat saya ini kelebihan 2 Kg.  Idealnya  saya hanya membawa maksimal 8 Kg.
Pensortiran dimulai, sleeping bag, baju ganti dan  beberapa snack saya tinggal. Berkurang 1,5 Kg. Lumayan. Beberapa orang guru mengusulkan supaya termos saya ditinggal. Hiks saya tidak sepakat, mengingat saya harus sedia minum hangat di daerah dingin.
Pukul 02.00 kami bangun dan persiapan untuk berangkat. Bukan naik tronton tetapi angkot. Angkot biru Kebayoran –Ciputat. Sebelum berangkat kami diajak muter muter cari bensin. Dan ketemulah di sector  2 Bintaro. Dari pukul 03.00 lebih (*lupa) keluar dari sekolah sudah hampir 30 menit muter cari bensin. Sabaaaaar
Perjalanan berhenti di masjid kampus Djuanda. Kami sholat subuh berjamaah. Tidak lama ada kabar bahwa mobil yang ditumpangi kelompok 3 bannya kempes jadi harus menunggu. Boleh dibilang waktu itu waktu istirahat. Kalau mau bisa juga sarapan di depan masjid.
Mobil yang bannya kempes menyusul ke masjid Djuanda, dan sudah diperbaiki sehingga bisa dinaiki tapi tidak banyak penumpang. Saya pindah dari mobil  menumpang di mobil yang bannya kemps. Sepanjang perjalanan Alhamdulillah aman, sempat berhenti sebentar untuk isi angin dan bisa melanjutkan perjalanan selanjutnya
Di lokasi keberangkatan Sekolahalam Bintaro paling telat, sarapan sudah disediakan oleh panitia sehingga ketika sudah sampai bisa makan. Tidak lama setelah sarapan setiap peserta sudah bergabung dalam kelompok dan siap survival tracking.
Saya hanya berbekal “BISA” dan perasaan Yakin kuat tidak akan terjadi apa – apa. Khawatir saya hanya ketika saya sesak karena faktor dingin. Alhamdulillah dengan jalan kan bergerak… dingin itu pun tidak menjadi kendala yang berarti.
Pendamping kelompok saya baik, menunjukkan beberapa tumbuhan yang bisa di makan, teman – teman yang super kompak dengan “Allahuakbar!” mantap dech takbirnya.Sepanjang perjalanan saya sambil memakan tumbuhan dan buah yang bisa dimakan.
Subhaanallah sesampainya di kawah ratu… buat saya “this is the first time I see “ indah banget. Teman sekelompok kami ada yang merasakan pusing mungkin efekk bau gas belerang. Papan besar bertuliskan” DILARANG JONGKOK.
Seharian kami menyusuri jalan setapak. Terlintas ini jalan air apa jalan manusia ya.. Never Mind tetap menyenangkan. Sumber air yang bersih dan buah yang segar langsung petik sendiri menjadi kepuasan tersendiri…Subhaanallah.
Malam hari kami semua beristirahat dengan mendirikan bifak dari jas hujan. Alhamdulillah masih diperbolehkan membawa jaket. Panitia masih baik membekali kami dengan singkong. Kami makan singkong  hehe..
Saya dan teman – teman sekelompok berbagi tugas ada yang mendirikan tenda ada pula yang memasak. Tepat sebelum magrib kami semua kegiatan sudah selesai. Tenda yang nyaman untuk istirahat sementara. Inilah nikmatnya perjalanan, kami satu kelompok dari 3 sekolah yang sebelumnya belum kenal menjadi semakin akrab.
Sholat dijamak, makan sudah selesai, saatnya istirahat. Pembagian shift jaga berjalan baik di awal, hanya saja ada satu dari kelompok kami yang kedinginan. Kami merasa khawatir kalau beliau tidak kuat, akhirnya kami melakukan aktivitas yang membuat beliau tidak kedinginan.
Ternyata kami satu tenda salah posisi tidur, salahnya adalah mengikuti arus udara /angin. Setelah berubah posisi kami semua bisa tertidur (ada yang lama ada yang sebentar). Malam terlewati pagan datang, saatnya bongkar tenda dan sarapan. Hari ini sarapan dengan singkong istimewa pake gula..hehe..ada gula…
Rasanya memang lebih enak..(jiaaahhehehe). Dan kami pun melanjutkan perjalanan. Sampai ke lokasi penutupan. Subhaanallah dahsyat perjalanan ini.
Penutupan diawali dari kejujuran. Jujur membawa dan memakan jenis makanan selain yang diberikan panitia. Saya termasuk ikut..kan makan singkong special gula. Pembelajaran keteladanan.
Perjalanan sembari konservasi..HEBAT
“JIKA ORANG LAIN MENJAGA ALAM TANPA MENYEBUT NAMA ALLAH SAJA MEMBERIKAN DAMPAK YANG LUAR BIASA, APALAGI KITA SEBAGAI MUSLIM MENGAWALI DAN MELAKUKAN DENGAN DINIATI IBADAH PASTI HASILNYA LEBIH DAHSYAT LAGI”